Surat Untuk Kalian ; Arjuna Melejit Lebihi Cahaya

Oleh : Fika Fauzi*

Salam .......
Aku mencoba mengingat-ingat apa saja yang dapat kuambil dari ingatanku yang semrawut ini. Tentunya ini tentang kalian, kawan. Cukup sulit menuliskan kata yang ada dalam batok kepalaku ini. Kadang apa yang ada dalam dunia pikiran kita, sulit untuk dibahasakan, dan bahasa juga tidak bisa menjaadi wakil yang dapat dikatakan baik untuk apa yang kita rasa dan kita pikirkan.
 
Walaupun begitu, tetap kucoba utarakan apa yang kira-kira sedang menyeruak di pikiranku ini. Kala itu tiba waktunya peringatan haul K.H Suyuthi AQ, pendiri madrasahku dan kawan-kawan tercinta atau kalau agak berlebihan dengan kata tercinta maka bolehlah kukatakan kawan-kawanku yang senantiasa membekas di hati. Ibaratya mereka masih mampu meradiasikan gelombang elektromagnetik masing-masing terhadap diriku sendiri meski mereka nan jauh dariku.
 
Aku ingat betul, kawan. Mungkin kalian juga mengingatnya, karena hal itu tak pantas dilupakan begitu saja, bukan? Sore itu, kita bersiap-siap untuk sebuah pagelaran drama jalan santai dalam bungkus karnaval. Persiapan apa yang kiranya kita butuhkan sudah kita antisipasi sebelumnya. Usaha telah tercapai separo, waktu itu. Karena yang separo akan kita selesaikan setelah itu. Dalam usaha separo pertama, kita agak mengalami kesulitan dalam penentuan konsep apa yang akan kita pakai, namun itu toh dapat kita lalui dengan baik. Dibalik itu ada sebuah rasa yang mendalangi semua usaha kita ini. Ya, itu lah kebersamaan kita, ke inklusif-an kita dan juga kerja sama kita.
 
Sebentar, kawan, beri aku jeda untuk sekedar tersenyum dan selanjutnya tertawa mengingat semua yang terjadi waktu itu. Hampir saja kita menyerah pada awal start mulai jalan. Semisal mobil, kita sudah terseok-seok hampir mogok dan bubar tak mau meneruskan jalan. Bukan apa-apa, hanya keadaan kita yang mengusung tema tradisional kala itu( berdandan mirip suku pedalaman dengan membunyikan bunyi-bunyian seadanya) diapit oleh dua klompok yang mengunakan marching band, sehingga kita kalah dalam suara. Namun dalam keadaan sekritis itu kita mampu bangkit. Tentu saja dengan ke bersamaan dan kerja sama kita. Sehingga kita mampu melejit melampaui kedua kelompok yang mengapit kita, bahkan melampaui cahaya sekalipun.
 
Kita bagaikan elektron cooper pairs, kawan! Partikel komposit, begitu para ahli ilmu fisika menyebutnya. Partikel yang akibat dari efek statistikal fisik atau efek kebersamaan, mampu melejit melampaui cahaya. Mereka adalah elektron-elektron seperti pada umumnya namun mereka berkumpul bersama membentuk kekuatan baru. Uniknya mereka saling ‘memahami’ satu sama lain, saling menukar spin (putaran) mereka untuk mendapatkan nilai momentum, misalnya, yang tepat agar bisa melejit cepat. Bahkan ada yang ‘ngalah’ untuk tak menggunakan energinya, sehingga tak ada egoisme di dalam partikel ini. Tentunya agar tercapai kekuatan baru yang mampu melebihi batas kecepatan yang dulunya pernah dilarang oleh Einstein.
 
Itulah kira-kira gambaran kita pada waktu itu. Seperti elektron cooper pairs, yang meskipun kecil mampu mempengaruhi keadaan fisik dari materi yang mengandung elekton tersebut. Kita mampu mempengaruhi euforia materi yang mengandung kita, yaitu madrasah YPRU kita.
 
Materi yang mengandung elektron unik ini mempunyai sifat fisik paling dicari-cari abad ini. Yaitu materi yang mempunyai nilai hambatan sama dengan nol yang menjadi bahan dasar chip superkomputer. Dikarenakan tadi, elektron cooper pairs yang berkecepatan melebihi cahaya mampu mengalirkan muatan-muatan listrik tanpa halangan samasekali. Orang fisika jamak menyebutnya sebagai superkoduktor, penghantar listrik super. Kalau dulu mbah Rodjo bilang setiap konduktor pasti mempunyai nilai hambatan, ini karena elektron2 yang membawa muatan listrik, ‘bekerja bersama-sama’ bukan bekerja sama sehingga tak ada kekompakan seperti elektron cooper pairs. Mereka melejit dengan kecepatan masing-masing sehingga sering terjadi tabrakan antar elektron. Inilah yang akhirnya menimbulkan panas pada konduktor, dan ini juga yang dinamakan hambatan konduktor. Dalam superkonduktor tak ada panas disana.
 
Dan kita, semoga tak ada ‘panas’ juga diantara kita. Yang ada hanya kekeluargaan....dan semoga kita bisa membuat unik almamater kita laiknya sang elektron cooper pairs yang mewarnai materinya(superkonduktor) dengan ‘warna’ yang istimewa.......
Salam ........
________
*Fika Fauzi, Alumni Pesantren Raudlatul ‘Ulum Guyangan Trangkil Pati Jawa Tengah Angkatan 2009. Kini kuliah di Jurusan Fisika UGM.
Related Posts

Tambahkan Komentar Sembunyikan